Jumat, 16 April 2010

makalah

MAKALAH

KECERDASAN EMOSIONAL MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS

BAB I

Pendahuluan

Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Pendidikan dimulai dari lingkungan keluarga atau pendidikan informal yaitu itu pendidikan yang diselenggartakan oleh keluarga dengan cara rutinitas. Pendidikan dilaksanakannjuga pada lingkungan masyarakan berupa kursus-kursus atau lebih dikenal dengan pendidikan nonformal. Dan yang lebih dikenal secara umum yaitu pendidikan yang diselenggarakan secara kelebagaan yang ditangani oleh pemerintah atau pendidikan formal. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Dalam pendidikan formal , siswa belajar berbagai macam hal. Dimulai dari belajar pengetahuan, keterampilandan prilaku yang sesuai dengan norma-norma kehipupan. Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang memuaskan di butuhkan proses belajar.

Proses belajar yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu yang penting, karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya. Menurut Irwanto (1997 :105) belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu. Dengan belajar, siswa dapat mewujudkan cita-cita yang diharapkan.
Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya penilaian. Begitu juga dengan yang terjadi pada seorang siswa yang mengikuti suatu pendidikan selalu diadakan penilaian dari hasil belajarnya. Penilaian terhadap hasil belajar seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar. Prestasi belajar menurut Yaspir Gandhi Wirawan dalam Murjono (1996 :178) adalah: “ Hasil yang dicapai seorang siswa dalam usaha belajarnya sebagaimana dicantumkan di dalam nilai rapornya. Melalui prestasi belajar seorang siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar.”

Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal. Menurut Binet dalam buku Winkel (1997:529) hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu, dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif.
Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi. Menurut Goleman (2000 : 44), kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbanganfaktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama. Dalam proses belajar siswa, kedua inteligensi itu sangat diperlukan. IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Namun biasanya kedua inteligensi itu saling melengkapi. Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah (Goleman, 2002). Pendidikan di sekolah bukan hanya perlu mengembangkan rationalintelligence yaitu model pemahaman yang lazimnya dipahami siswa saja, melainkan juga perlu mengembangkan emotional intelligence siswa .
Hasil beberapa makalah di University of Vermont mengenai analisis struktur neurologis otak manusia dan makalah perilaku oleh LeDoux (1970) menunjukkan bahwa dalam peristiwa penting kehidupan seseorang, EQ selalu mendahului intelegensi rasional. EQ yang baik dapat menentukan keberhasilanindividu dalam prestasi belajar membangun kesuksesan karir, mengembangkan hubungan suami-istri yang harmonis dan dapat mengurangi agresivitas, khususnya dalam kalangan remaja
(Goleman, 2002 : 17). Memang harus diakui bahwa mereka yang memiliki IQ rendah dan mengalami keterbelakangan mental akan mengalami kesulitan, bahkan mungkin tidak mampu mengikuti pendidikan formal yang seharusnya sesuai dengan usia mereka. Namun fenomena yang ada menunjukan bahwa tidak sedikit orang dengan IQ tinggi yang berprestasi rendah, dan ada banyak orang dengan IQ sedang yang dapat mengungguli prestasi belajar orang dengan IQ tinggi. Hal ini menunjukan bahwa IQ tidak selalu dapat memperkirakan prestasi belajar seseorang. Kemunculan istilah kecerdasan emosional dalam pendidikan, bagi sebagian orang mungkin dianggap sebagai jawaban atas kejanggalan tersebut. Teori Daniel Goleman, sesuai dengan judul bukunya, memberikan definisi baru terhadap kata cerdas. Walaupun EQ merupakan hal yangrelatif baru dibandingkan IQ, namun beberapa makalah telah mengisyaratkan bahwa kecerdasan emosional tidak kalah penting dengan IQ (Goleman, 2002:44). Menurut Goleman (2002 : 512), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.
Menurut Goleman, khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Teori kecerdasan

Teori Kecerdasan Pelbagai diperkenalkan oleh Dr. Howard Gardner pada tahun 1983. Beliau merupakan profesor dalam bidang pendidikan di Harvard Universiti. Menurut Gardner, kaedah lama untuk mengukur tahap kecerdasan manusia, iaitu berdasarkan ujian IQ adalah terlalu terhad. Justeru, Dr. Gardner telah mengemukakan 8 jenis kecerdasan yang berbeza sebagai satu cara untuk mengukur potensi kecerdasan manusia, kanak-kanak dan dewasa. Kecerdasan-kecerdasan yang telah dikenal pasti adalah seperti berikut:

1.

  1. Linguistic intelligence ("word smart"):
  2. Logical-mathematical intelligence ("number/reasoning smart")
  3. Spatial intelligence ("picture smart")
  4. Bodily-Kinesthetic intelligence ("body smart")
  5. Musical intelligence ("music smart")
  6. Interpersonal intelligence ("people smart")
  7. Intrapersonal intelligence ("self smart")
  8. Naturalist intelligence ("nature smart")

Berikut adalah bagaimana teori kecerdasan pelbagai boleh diaplikasikan dalam situasi pengajaran dan pembelajaran secara hubungan berikut:

1.

  1. PERKATAAN (linguistic intelligence)
  2. NOMBOR ATAU LOGIK (logical-mathematical intelligence)
  3. GAMBAR (spatial intelligence)
  4. MUZIK (musical intelligence)
  5. REFLEKSI KENDIRI (intrapersonal intelligence)
  6. PENGALAMAN FIZIKAL (bodily-kinesthetic intelligence)
  7. PENGALAMAN SOSIAL (interpersonal intelligence), and/or
  8. PENGALAMAN DENGAN ALAM SEMULAJADI (naturalist intelligence)

1. DELAPAN KECERDASAN MENURUT HOWARD GARDNER

a.Kecerdasan linguistik

  • Komponen inti : kepekaan terhadap bunyi, struktur, makna, fungsi kata dan bahasa.
  • Berkaitan dengan kemampuan membaca, menulis, berdiskusi, berargumentasi, dan berdebat.
  • Kondisi akhir terbaik menjadi seorang penulis, wartawan, orator, ahli politik, penyiar radio, presenter, guru, dan pengacara.

b Kecerdasan Matematis-logis

  • Komponen inti : kepekaan pada memahami pola-pola logis atau numeris, dan kemampuan mengolah alur pemikiran yang panjang.
  • Berkaitan dengan kemampuan berhitung, menalar, dan berfikir logis, memecahkan masalah.
  • Kondisi akhir menjadi ilmuwan, ahli matematika, ahli fisika, pengacara, psikiater, psikolog, akuntan, dan programmer.

c Kecerdasan Visual-Spasial

  • Komponen inti : kepekaan merasakan dan membayangkan dunia gambar dan ruang secara akurat
  • Berkaitan dengan kemampuan menggambar, memotret, membuat patung, dan mendesain.
  • Kondisi akhir terbaik menjadi seniman, arsitek, ahli, strategi, pecatur, desainer, sutradara, fotografer, montir profesional.

d Kecerdasan musikal

  • Komponen inti : kepekaan dan kemampuan menciptakan dan mengapresiasikan irama, pola titik nada dan warna nada serta apresiasi untuk bentuk ekspresi emosi musikal.
  • Berkaitan dengan kemampuan menciptakan lagu, mendengar nada dari sumber bunyi atau alat-alat musik.
  • Kondisi akhir menjadi komposer, penyanyi, pemain musik, pencipta lagu.

e.Kecerdasan kinestetis

  • Komponen inti : kemampuan mengontrol gerak tubuh dan kemahiran mengolah objek, respon dan reflek.
  • Berkaitan dengan kemampuan gerak motorik keseimbangan.
  • Kondisi akhir terbaik menjadi olahragawan, penari, pematung, aktor, dokter bedah.

f Kecerdasan Interpersonal :

  • Komponen inti : kepekaan mencerna dan merespon secara tepat suasana hati, temperamen, motivasi, dan keinginan orang lain.
  • Berkaitan dengan kemampuan bergaul dengan orang lain, memimpin, kepekaan sosial yang tinggi negosiasi,bekerja sama, mempunyai empati yang tinggi.
  • Kondisi akhir terbaik menjadi konselor, politikus, pemimpin, inovator.

g.Kecerdasan intrapersonal

  • Komponen inti : memahami perasaan sendiri dan kemampuan membedakan emosi, pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri.
  • Berkaitan dengan kemampuan mengenali diri sendiri secara mendalam, kemampuan intuitif dan motivasi diri, penyendiri, sensitif terhadap nilai diri dan tujuan hidup.
  • Kondisi akhir terbaik menjadi psikoterapis, pemimpin agama, penasehat, filosof.

h Kecerdasan naturalis

  • Komponen inti : keahlian membedakan anggota-anggota spesies, mengenali eksistensi spesies lain, dan memetakan hubungan antara beberapa spesies baik secara formal maupun non formal.
  • Berkaitan dengan kemampuan meneliti gejala-gejala alam, mengklasifikasi, identisifikasi.

Kondisi akhir terbaik : peneliti alam, ahli biologi, dokter hewan, aktivis binatang dan lingkungan. (http://dukeamienerev.blogspot.com)

Selain teori tersebut di atas kita pun mengenal teori-teori yang berkenaan dengan kecerdasan. Kecerdasan inteklektual atu lebih dikenal dengan Intelektual Quotient atau sering kita sebut dengan IQ. Teori tentang kecerdasan intelektual / intelektual quotient (IQ) dapat kita lihat berikut ini.

1. Kecerdasan Intelektual

Penemu : Alfred Binet (1857-1911)

Konsep :

  • Kecerdasan dilihat hanya dari sisi kekuatan verbal dan logika seseorang.
  • Kecerdasan akhirnya dapat dinilai dengan angka konstan
  • Menganut konsep eugenic artinya pengendalian sistematis dari keturunan.
  • Perkembangannya diteruskan oleh Carl Brigham dengan merancang tes IQ yang diperbaharui dengan nama Scholastic Aptitute Test (SAT).

2. Kecerdasan Umum / General Intelegence (G)

Penemu : Charles Spearman (1863-1945)

Konsep :

  • Manusia mempunyai kemampuan mental umum (G) yang mendasari semua kemampuannya untuk menangani kesulitan kognitif.
  • Faktor G ini meliputi kemampuan memecahkan masalah, pemikiran abstrak, dan keahlian dalam pembelajaran.

3. Kecerdasan Cair dan Kecerdasan Kristal / Fluid and Crystaled Intelligence

Penemu : Raymond Cattel dan John Horn

Konsep :

  • Manusia mempunyai 2 macam kecerdasan umum, yaitu kecerdasan cair dan kecerdasan kristal.
  • Kecerdasan cair adalah kecerdasan yang berbasis pada kecerdasan biologis. Kecerdasan ini meningkat sesuai dengan perkembangan usia, mencapai puncak saat dewasa dan menurun pada saat tua karena proses biologis tubuh.
  • Kecerdasan kristal adalah kecerdasan yang diperoleh dari proses pembelajaran dan pengalaman hidup. Kecerdasan ini dapat terus meningkat tidak ada batas maksimal selama manusia mau dan bisa belajar.

4. Kecerdasan yang Dapat Dimodifikasi / Modifiable Intelligence

Penemu : Reuven Feurstein

Konsep :

  • Kecerdasan dapat diukur dari kemampuan berpikir seseorang yang mana kemampuan berpikir manusia tersebut mempunyai tahap-tahap perkembangan.

5. Kecerdasan Proksimal / Proximal Intelligence

Penemu : Leo Vygotsky

Konsep :

  • Kecerdasan kognitif seseorang dapat diuji dengan memperhatikan kronologis usia mental orang tersebut dan memperhatikan kapasitas orang tersebut.
  • Maksud kapasitas seseorang adalah perbandingan kemampuan seseorang menyelesaikan suatu masalah seseorang diri dengan apabila mendapat bantuan orang lain dalam menyelesaikan masalah yang serupa.

6. Kecerdasan yang Dapat Dipelajari / Learnable Intelligence

Penemu : David Perkins dari Harvard University

Konsep :

  • Kecerdasan dipengaruhi dan diopersaikan oleh beberapa faktor dalam kehidupan yaitu sistem orak, pengalaman hidup, dan kapasitas untuk pengaturan diri.

7. Kecerdasan Perilaku / Behaviour Intelligence

Penemu : Arthur Costa dari Institute of Intelligence di Berkeley

Konsep :

  • Kecerdasan diartikan sebagai suatu kumpulan dari kecenderungan perilaku.
  • Perilaku tersebut antara lain keuletan, kemampuan mengatur perilaku impulsif, empati, fleksibilitas berpikir, metakognisi, akurasi, kemampuan bertanya, bahasa, kepekaan panca indera, kebijaksaan, rasa ingin tahu, dan kemampuan mengalihkan perasaan.

8. Kecerdasan Tri Tunggal / Triarchic Intelligence

Penemu : Robert J. Sternberg

Konsep :

  • Kecerdasan manusia dapat diukur dari keseimbangan tiga kecerdasan yaitu kecerdasan kreatif, analisis, dan praktis.
  • Kecerdasan kreatif meliputi kemampuan menemukan dan merumuskan ide serta solusi dari masalah.
  • Kecerdasan analisis digunakan saat secara sadar mengenali dan memecahkan masalah, merumuskan strategi, menyusun dan menyampaikan informasi.
  • Kecerdasan praktis digunakan untuk bertahan dalam hidup seperti keberhasilan mengatasi perubahan.

9. Kecerdasan Moral / Moral Intelligence

Penemu : Robert Coles

Konsep :

  • Kecerdasan yang menitikberatkan pada prinsip dan nilai-nilai hidup.

10. Kecerdasan Emosional / Emotional Intelligence

Penemu : Daniel Goleman (1995)

Konsep :

  • Kecerdasan dapat terdiri dari kombinasi 5 komponen, yaitu kesadaran diri, manajemen emosi, motivasi, empati, dan mengatur hubungan / relasi.

11. Kecerdasan Memecahkan Kesulitan / Adversity Intelligence

Penemu : Paul Scholz

Konsep :

  • Kecerdasan seseorang dapat diukur dari kemampuan orang tersebut mengatasi masalah yang dialami dalam hidup.
  • Kecerdasan seseorang dapat diklasifikasikan menjadi berbagai ciri dan sifat yaitu : Quitter, Camper, dan Climber.

12. Kecerdasan Majemuk / Multiple Intelligence

Penemu : Howard Gardner dari Harvard University

Konsep :

  • Setiap orang mempunyai lebih dari satu kecerdasan, minimal memiliki delapan kecerdasan yaitu linguistik, logika-matematika, intrapersonal, musikal, naturalis, visual-spasial, dan kinestestis
  • Setiap orang memiliki delapan kecerdasan ini dengan kadar perkembangan yang berbeda-beda.

Pada tahun 1904 Alfred Binet dkk menciptakan tes IQ pertama kali dan memberikan opini kepada masyarakat bahwa kecerdasan itu dapat diukur secara obyektif dan dinyatakan dalam satu angka yaitu nilai IQ.

Pada tahun 1983, Howard Gardner seorang psikolog dari Harvard University mempersoalkan tentang makna ”kecerdasan” dan kevalidan tes IQ.

Kritik Gardner tentang tes IQ adalah sebagai berikut :

  • Potensi kecerdasan manusia yang dinilai melalui tes IQ terlalu sempit, test IQ tidak mampu untuk menafsirkan kecerdasan sesuai dengan perkembangan kebudayaan.
  • Kecerdasan bukan didapat dari keturunan (euginics), atau keunggulan budaya atau ras.
  • Kecerdasan tersebut dapat berkembang, tidak bersifat tetap dalam bentuk nilai konstan.
  • Test IQ merupakan sebuah test achievement, yang cenderung untuk mengetahui ketidakmampuan seorang anak. Padahal kecerdasan anak adalah sesuatu yang dapat diketahui dengan penglihatan anak tersebut.
  • Test IQ, test SAT (Scholatic Aptitude Test), test WRAT (Wide Range Achievement Test) dan test Achievement lainnya merupakan jenis test tertutup, test tradisional dan masih belum mampu melihat kecerdasan seseorang.
  • Kecerdasan seseorang tidak dapat dinilai dari test, yaitu sebagai tindakan yang sebelumnya tidak pernah dilakukan atau tidak akan pernah dilakukan lagi.
  • Kecerdasan lebih berkaitan dengan kebiasaan yang mempunyai kemampuan terhadap dua hal, yaitu (1) memecahkan masalah dan (2) menciptakan produk-produk baru bernilai budaya.

Pada makalah ini yang menjadi pokok-pokok bahasan adalah sebagai berikut:
1.Prestasi belajar Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh seorang siswa dari kegiatan belajar mengajar dalam bidang akademik di sekolah dalam jangka waktu tertentu.
2. Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan ke arah yang positif.

B. Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan makalah ini sekedar berbagi ilmu pengetahuan dalam rangka menigkatkan mutu pendidikan .

C.Manfaat Penulisan Makalah

Makalah Ini Mempunyai Beberapa Manfaat, Antara Lain Ialah :
1. Dari segi teoritis, makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi psikologi pendidikan dan memperkaya kazanah ilmu pengetahauan .
2. Dari segi praktis, hasil makalah ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi khususnya kepada para orang tua, konselor sekolah dan guru dalam upaya membimbing dan memotivasi siswa remaja untuk menggali kecerdasan emosional yang dimilikinya.

.


BAB III

PENUTUP

Kecedasan Emotional yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama. Dalam proses belajar siswa, kecedasan lain tidak berpungsi tanpa partisipasi penghayatan emosional terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah.

Kemampuan memotivasi diri, Mengatasi frustasi dalam belajar , mengontrol desakan hati , pengaturan suasana hati (mood) dan berempati serta kemapuan bekerja sama dapat meningkatkan pertasi belajar umumnya dan meningkatkan pertasi belajar bahasa Inggris khususnya.

0 komentar:

Posting Komentar